PEMERINTAH DESA WARNASARI MELAKSANAKAN PERSEMBAHYANGAN BERSAMA HARI RAYA PAGERWESI

  • Mar 31, 2022
  • Admin Warnasari
  • BUDAYA

Warnasari (30/03/2022)

Hari ini Pemerintah Desa Warnasari beserta Lembaga melaksanakan persembahyangan di Pura Kahyangan Tiga Desa beserta Pura Taman

Sebagai rangkaian Hari Raya Pagerwesi sekaligus menghaturkan terimakasih dikarenakan Acara Mejaya-jaya Perangkat Desa dan Lembaga sudah berjalan dengan lancar, Mejaya-jaya itu dilaksanakan saat Piodalan Di Kantor Desa Warnasari yang bertepatan dengan  Hari Raya Saraswati.

Hari Raya Pagerwesi jatuh setiap Rabu Kliwon wuku Sinta. Hari ini dirayakan untuk memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan manifestasinya sebagai Sanghyang Pramesti Guru (Tuhan sebagai guru alam semesta). Hari ini dirayakan mengandung filosofis sebagai simbol keteguhan iman, Pagerwesi berasal dari kata Pager yang berarti pagar atau pelindung, dan Wesi yang berarti besi. Pagar Besi ini memiliki makna suatu sikap keteguhan dari iman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, sebab tanpa ilmu pengetahuan kehidupan manusia akan mengalami kegelapan (Awidya).

 

Pagerwesi artinya pagar dari besi. Yang melambangkan suatu perlindungan yang kuat. Hari raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak.

 

Hari raya Pagerwesi di hari Rabu, yang dapat diartikan sebagai suatu pegangan hidup yang kuat bagaikan suatu pagar dari besi yang menjaga agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah digunakan dalam fungsi kesucian, dapat dipelihara, dan dijaga agar selalu menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia selamanya.

 

Inti dari perayaan Pagerwesi itu adalah memuja Tuhan sebagai guru yang sejati. Memuja berarti menyerahkan diri, menghormati, memohon, memuji dan memusatkan diri. Ini berarti kita harus menyerahkan kebodohan kita pada Tuhan agar beliau sebagai guru sejati dapat mengisi kita dengan kesucian dan pengetahuan sejati.

 

I Ketut Widastra,BA Perbekel Warnasari memaparkan “ Pagerwesi yang jatuh pada setiap 210 Hari, tepatnya Budha Kliwon wuku Sinta merupakan rentetan dari hari Raya Saraswati, dimana hari tersebut dipercaya sebagai turunnya ilmu pengatahuan untuk melindungi di dari kebodohan.” Paparnya.

“meskipun pemerintah sudah sedikit memberikan kelonggaran untuk kegiatan masyarakat kami tetap menghimbau kepada pemedek/warga yang sembahyang untuk selalu mentaati Protokol Kesehatan” tutup Perbekel Warnasari.